Sabtu, 14 Desember 2019

MAHASISWA STKIP TAMAN SISWA BIMA PRODI PGSD SEMSTER 7 MENYAPA DUSUN NTOLONGGERU


Sabtu tanggal 14 Desember 2019 Mahsiswa STKIP Taman Siswa Bima Prodi PGSD kelas A, B dan C semster 7 menyapa Dusun Ntolonggeru.



Kegiatan ini mensurvey potensi lokal berupa mata pencarian, kegiatan keagaaman, budaya, perkembangan teknologi yang terdapat di Dusun Ntolotanggeru yang merupakan gabungan dari 3 Mata kuliah yaitu Pendidikan Multikultural (diampuh oleh Dosen Ihsan, M.Pd), Perspektif Global (Dosen Pengampuh Safrudin M.Pd), dan Pendidikan Karakter (Dosen Pengampuh Salahudin M.pd). Tiap kelas kami dibagi 4 kelompok hingga dalam tiga kelas tersebut terdapat 12 kelompok mahasiswa. Tiap-tiap kelompok 1 sampai 4 di berikan materi yang berbeda-beda. Dan untuk kelompok ini saya mendapatkan kelompok 3 dan materinya “Sistem Mata Pencarian dan Penggunaan Teknologi di Dusun Ntolonggeeru” yang terdiri dari 8 orang anggota.

Kenapa kami memilih Dusun Ntolunggeru??

Dusun Ntolonggeru merupakan salah satu Dusun yang berada di Desa Monggo Kecamatan Madapangga. Dusun ini termasuk Dusun yang sangat unik di wilayah Bima karena di dalamnya terdapat keberagaman dari masyarakat salah satunya adalah keberangaman agamanya. Di Dusun Ntolonggeru terdapat 3 keberagaman agamanya yaitu agama islam, Agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Sebenarnya kegiatan ini merupakan kegiatan perdana yang kami lakukan mengingat selama ini kami belum banyak tau dan menyadari terkait keberagaman agama yang berpengaruh pada setiap aktivitas masyarakat di Dusun Ntolonggeru. Hal ini penting kami lakukan agar kami mengetahui seperti apa aktivitas semua masyarakat di sana walapaun berbeda agama dalam hal  bercocok tanam, hajatan, pernikahan, kematian dan lain-lain apakah terdapat perbedaan di anatara mereka yang berupa diskirimnasi, bullying dan lain-lainnya.


Kami berangkat jam 09:00 WITTA dari Kampus STKIP Taman Siswa Bima dengan berombongan menggunakan 1 unit Bus Umum dan 1 unit mobil pickup. Kami berdesak-desakan di Bus umum bahkan ada sebagian teman kami yang duduk di atap Bus.


Kami tiba di Dusun Nggeru tepat pada jam 10:30 WITTA. Pada saat kami sampai di lokasi kami sangat di sambut baik oleh Kepala Suku Dusun Ntolonggeru untuk mensurvei keunikan dari Dusun tersebut.



Setelah kami disambut kami kemudian berpencar berdasarkan kelompok masing-masing dari 3 kelas dan memulai wawancara mmasyarakat di sana. Semua kelompok 1 pergi bersamaan kelompok 1 dari kelas yang lain, kelompok 2 bersamaan dengan kelompok 2 di kelas yang lain, kelompok 3 bersamaan dengan kelompok 3 dari kelas yang lain begitu juga dengan kelompok 4.

Kami yang mendapatkan kelompok 3 telah mewawancara 5 narasumber yaitu 2 orang  beragama kristen Protestan (Ibu Rohana dan Ibu Silivia), 2 orang beragama Kristen Katolik (Bapak Robert Mahmud dan Feronita Kuisi) dan 1 orang beragama Islam (Fatimah). Dari 5 orang narasumber tersebut kami mewawancara mereka terkait dengan Sistem Mata Pencarian dan Penggunaan Teknologi di Dusun Ntolonggeeru. Adapun beberapa pertanyaan yang kami ajukan adalah, sebagai berikut:
1. Siapa Nama Bapak/ibu?
2. Berapa Umur bapak/ibu?
3. Apa agama Bapak/ibu?
4. Apa Pekerjaan Bapak/ibu?
5. Apa alat (tradisional dan moderen) yang membantu dalam pekerjaan bapak/ibu?
6. Apa sajakah pekerjaan masyarakat di sini?
7. Apa tindakan yang dilakukan oleh bapak/ibu ketika melihat masyarakat dari agama lain melakukan pekerjaannya semisal bercocok tanam?
8. Apakah bapak/ibu membantu pekerjaan orang lain hanya keluarga dekatnya saja?
9. Kenapa bapak ibu ingin membantu pekerjaan dari masyarakat yang dari agama lain?
10.Bagaimana perasaan bapak/ibu membantu masyarakat yang berbeda agama atau perasaan bapak ibu ketika masyarakat yang beda agama membantu bapak/ibu?
11. Bagaimana hubungan bapak/ibu masyarakat yang berbeda agama apakah bapak/ibu melakukan deskriminasi atau hal lain yang memojok agam lain?
12. Apa sajakah alat moderen yang berada di Dusun ini dalam hal mempermuda segala aktivitas bapak/ibu?
13. Apakah pada saat sebelum kegiatan bercocok taman bapak/ibu mengadakan do’a terlebih dahulu agar mendapatkan penghasilan yang banyak?
14. Apakah setelah panen bapak/ibu juga melakukan do’a syukuran?
15. Bagaiman sistem dan tata cara do’a nya?
Setelah panen apakah bapak/ibu menjual hasil panennya dan berpa keuntungan yang didapat?
17. Apakah sebagian dari hasil keuntungan panen tersebut bapak/ibu membagikannya ke pihak lain yang telah membantukan pekerjaan bapak/ibu?
18. Selain bercocok tanam apa saja sumber mata pencaharian masyarakat di sini?
19. Dll (pertanyaan banyak tapi saya tidak bisa menulis semuanya)

Berikut dokumentasi kegiatan Wawancara yang kami lakukan yaitu:

 



Dari hasil wawancara yang kami lakukan bahwa Dusun Ntolonggeru merupakan salah satu dusun yang memiliki 3 agama yaitu agama islam, kristen protestan dan kristen katolik dan memiliki 1 tempat agama yaitu 1 masjid untuk masyarakat islam, 1 greja untuk masyarakat beragama kristen protestan dan 1 greja untuk kristen katolik. masyarakat yang bertempat tinggal disana kebanyakan berdatangan dari Flores NTT dan Kecamatan Donggo, Bima.
Masyarakat Dusun Ntolonggeru merupakan masyarakat yang sebagian besarnya adalah berprofesi sebagai petani yaitu petani jagung dan padi, selain itu masyrakat Ntolonggeru juga  ada yang berprofesi sebagai Guru (ada hampir semua rumah), Tentara, Polisi dan Bidan. Masyarakat ada yang memiliki BRI Link, Wiifi, sebagian kecil masyarakat menggunakan Handphone dan terdapat di setiap rumah menggunakan TV dan untuk Leptop dan komputer  sebagain besar dimiliki oleh pihak kantor dan hanya segeincir orang yang memilikinya kecuali anak-anakya yang berkuliah, ada Mesin giling padi dan jagung, berproduksi Susu Kuda Liar, ada yang bekerja mengayam tikar (namun jarang dilakukan) dulunnya digunakan sebagai alas duduk dan dijual dengan varian harga ada yang 100.000 dan ada yang 60.000, membuat ayaman kursi, membuat wonca ( ayaman dari daun pandan untuk menyimpan bekal dan menyimpan berbagai macam bumbu dapur). Sebelum menanam dan sesudah panen mereka melakukan upacara do’a yang disebut  “Do’a tampu’u Ngguda” dan “Do’a tamp’u Nepa”. Tempat penyimpanan hasil panennya yang di sebut sebagai “Jompa” disetiap rumah hampir masyarakat memilikinya. Hasil panen jagungnya di jual sementara hasil panen padinya untuk dimakan.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara kami dengan beberapa narasumber tersebut bahwa Ntolunggeru masyarakatnya memiliki sifat yang sangat bertoleransi sekali, meskipun dari berbagai macam agama mereka tetap melakukan hubungan yang baik dengan agama lain seperti membantu bercocok tanama, membantu panen, saling membantu cara pernikahan, saling membantu upacara kematian dan berbagai macam kegiaatn lainnya. Kemudian ketika masyarakat yang beragama kristen yang memempunyai hajatan maka yang menangani penyembelihan makanan adalah mereka yang beragama islam. Bahkan sampai kuburannya dicampur-campurkan dengan agama-agama lain. Hal ini dilakukan karena begitu tolerenasinya mereka terhadap sesama.
Kemudian dalam hal makanan (daging) bagi mereka yang beragama kristen baik protestan maupun katolik mereka sangat-sangat menghargai agama islam dalam hal ini adalah mereka yang (beragama kristen) memakanya di tempat-tempat yang sangat jauh dan bila mereka membawanya ke rumah maka mereka tidak akan melewati rumah masyarakat beragama islam. Disampikan oleh Narasumber Fatimah.
Dalam hal pernikahan belum ada masyarakat yang menikah campur agama, bila ada sepasang kekasih dari 2 agama maka salah satunya akan berpindah agama entah itu ke agama islam, protesan maupun katholik.
Demaikian kegiatan Survei  kami terkait potensi yang terdapat di Dusun Ntolonggeru. Semoga dapat memberikan manfaat dan menginspirasi!
Terimaksih yang sebesar-besarnya kepada dosen Ihsan M.Pd, Dosen Syafrudin M.Pd beserta Dosen Salahudin, M.pd yang telah membimbing dan memberikan banyak ilmunya kepada kami semua mahasiswa semster VII kelas A, B dan C selama kegiatan survei ini. Berkat bapak kami semua punya pengetahuan yang begitu banyak terkait sagala aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Ntolonggeru yang bernotaben masyarakatnya beragama Islam, Protestan dan Katolik. Juga saya mengucapkan treimakasih kepada teman-teman kelompok 3 yang telah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan kegiatan ini.  Kegiatan ini sungguh sangat menyenangkan, TIDAKLAH benar jika perbedaan itu melakukan praktik Bullying, Diskirimasi, SARA dan lain-lain . Saya mengutip perkataan dari salah satu narasumber kami beliau mengatakan “PERBEDAAN ITU RAHMAT TIDAK UNTUK DILAWAN”.

Terimakasih Banyak Masyarakat Ntolongeru, dusun ini mengingatkan saya dengan kampung saya di Floress yang bermayoritas kristen. Bravo BIHNEKA TUNGGAL IKA!!

Kebersamaan Mahasiswa bersama Dosen

  




9 komentar: